Ambillah Cinta Yang Sebenarnya

cinta sebenarnya

Seseorang dapat melihat kita, namun kita tidaklah dapat melihat-Nya, sehingga pada saat yang sama dalam menapaki kehidupan ini, disaat diri sedang tenggelam dalam kegembiraan, kedamaian dan ketenangan, manusia tidak lepas dari bentuk kebencian, iri serta dengki. Ketika diri dalam kesedihan, kegalauan, dan sengsara, senantiasa ada orang-orang yang menertawakan. Seberapa banyak air mata menetes menangisi kehidupan saat berada dalam kerugian, sama pula banyaknya dengan orang-orang yang sedang berada dalam keriyaan, mengumpulkan dosa-dosa dan maksiat serta berbagai bentuk kejahatan. Sungguh hari dan malam-malam akan senantiasa panjang untuk sebuah rahasia hidup kita, yang tidak terlepas dari persahabatan dan permusuhan. Nalar manusia yang tak sampai, sulit mengagumi kedamaian dan ketenangan, dimana Tuhan merendahkan hijab hingga perbuatan manusia terjaga dari hipokrit (kemunafikan), dan semua perbuatan manusia hanya dipersembahkan untuk-Nya.
Seorang aktivis kampus menangis untuk kesekian kalinya, tanpa dapat menjelaskan apa yang membuatnya meneteskan air mata. Apakah karena ia hanya mampu berdiam diri tatkala menyaksikan kesewenang-wenangan, dan kezhaliman yang berlaku dalam masyarakatnya. Sementara dalam diamnya sang aktivis itu, ia ikut terbawa kedalam komunitas kehidupan modern, yang semakin membawa hidupnya dalam kesedihan, terkadang ikut pula bergembira riya untuk mengumpulkn asap-asap kehidupan duniawi. Sesungguhnya musuh besar dalam mencapai kemuliaan hidup ada dalam diri sendiri, yang kuncinya ialah : “Janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman setiamu.” (QS. Al-Mumtahanah[60]:1).
Seribu dugaan berbeda yang muncul dari nalar, tetap berada dalam pernyataan, apakah dugaan itu bermanfaat atau tidak, sehingga pengaruh dugaan itu menyebabkan seribu keengganan dan ketumpulan.
Setelah merenung dalam-dalam atas kebesaran dan kekuasaan-Nya, dan setahun kemudian, sang aktivis kampus yang hidup dalam kesedihan dan dugaan-dugaan, tiba-tiba menjadi sorotan banyak teman, sahabat dekat yang memahami kehidupan yang sesungguhnya. Ia diberi selamat, disanjung dengan pujin-pujian dan rasa syukur, dan banyak mata menyorot seakan tidak percaya dengan perubahan yang terjadi. Sang aktivis kampus berkata: “Sungguh itu membuatku bisa lebih kuat”. Walaupun saat awal perubahannya, ia mendengar bisik-bisik dibelakangnya, yang tidak urung membuatnya menangis setelah ia memutuskan berubah setelah mengikuti jalan hidup yang amburadul, sebagai aktivis pecinta alam yang sanagat mengagungkan emansipasi, dan terlibat dalam kesenian modern. Aktivis kampus itu bercerita: “Entahlah, apa yang terjadi ketika itu. Aku tidak sedang putus cinta, tidak frustasi karena apapun, tetapi aku selalu dalm kesedihan yang membuat aku menangis.”
Kini sang aktivis kampus itu memang telah membulatkan tekad untuk berubah, ia telah menghijabi penampilannya, dan langsung mengenakan pakaian dan jilbab lebar. Kemudian ia mengakui: “Banyak orang bertanya, kenapa aku bisa mengambil keputusan yang begitu kontroversial seperti ini, bukankah sebagai mahasiswa segalanya telah aku miliki, cantik, bintang kampus, terkenal, pintar, ramah, jago diskusi.” Tetapi, dengan ketulusan hati, sang aktivis itu telah berprinsip : “Janganlah nafikan kebenaran, dari siapapun datangnya.” Ingin ia katakan kepada semua orang, bahwa alasannya sederhana. Saya memakai jilbab bukan karena gaya-gayaan, atau latah ikut-ikutan. Sekali-kali tidak. Tetapi karena saya ingin taat kepada Allah yang telah menciptakan saya, melindungi dan menolong saya. Bukanlkah ketaatan kepada-Nya sebagai tanda rasa syukur atas nikmat-Nya yang banyak. Seperti berbagai predikat yang telah diberikan teman-teman kampus kepada saya cantik, pintar, bintang kampus, terkenal, ramah, jago diskusi. Semua itu saya raih bukan karena kehebatan saya, tetapi karena rahmat Allah semata. Mengenakan jilbab adalah salah satu bentuk rasa syukur saya kepada-Nya.
“Sesungguhnya syukur itu adalah hak Allah”, jika Anda memberikan hak-Nya, maka dia akan menambahkannya. Wahai sahabat-sahabatku, “Namun, jika rangsangan remajamu yang menjadi tolak ukur kebenaran, maka nalarmu tidak akan sampai kepada nilai kebenaran yang hakiki.” Karena itu renungkanlah firman-Nya, Allah berjanji dan sekaligus mengancammu : “Kalau kamu pandai bersyukur akan Ku-tambah nikmat-ku padamu, tapi kalau kau kufur azab-Ku amatlah pedih.” (QS. Ibrahim 14:7)
Memakai jilbab merupakan salah-satu bentuk syukur para kaum hawa kepada-Nya. Oleh karena itulah tutuplah auratmu, pakailah jilbabmu, niscaya Allah akan menambah nikmat-Nya kepadamu. Tapi kalau kau kufur, ingat azab Allah amatlah pedih. Azab tidak selalu dalam bentuk kemiskinan, boleh jadi kecantikan, popularitas, kekayaan bisa berubah jadi azab. Banyak orang yang cantik, populer, hartanya berlimpah, tetapi justru semua itu yang menyiksa dirinya, hati selalu resah, cemas, ketenangan tidak ada, kebahagiaan selalu diatas kepala orang lain, makin dikejar makin jauh bagaikan mengejar fatamorgana.
Karena itu wahai saudariku, pakailah jilbabmu, tutuplah auratmu, jangan tanggalkan pakaian taqwamu. Allah akan menambah nikmat-Nya. Kehidupan pada hakikatnya merupakan arena besar untuk manusia, yang dalam kehidupan jasad manusia menjadi bagian dari realita dunia materi. Jasad akan menjadi potensi besar yang dimiliki manusia, dan dengannya manusia mampu mengekspresikan dua unsur, yaitu akal dan ruhaninya. Maka ketika hanya kekuatan jasad yang dominan, manusia akan menjadi sosok yang bodoh dan penentang (baca-QS.Yasin:77).
Allah SWT senantiasa memberi ketenangan pikiran kepada orang-orang dijalan lurus, hatinya dianugerahi berbagai rahasia, senantiasa mendapat pertolongan dari Allah. Melalui nalar, tidak sedikit manusia keliru, mereka ternyata adalah rang-orang yang penuh perhatian dan memiliki banyak cinta untuk dibagikan didunia. Namun, kita harus cerdas untuk mengambil cinta yang sebenarnya, dan selanjutnya saling mencinta karena Allah. Dari cinta itu akan terjawab melalui berbagai keresahan sebelumnya, memahami apa yang sesungguhnya, sehingga menemukan cinta abadi yang atas dasar prinsip perjalanan menuju Allah, yang merupakan kepastian. Ketika diri dalam kegalauan, kesedihan, kecemasan, dan putus asa, berserahlah kepada Allah, bertakwa kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ambillah Cinta Yang Sebenarnya"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik pembahasan !