Fakta Dibalik Perayaan Tahun Baru Masehi

tahun baru

Fakta dibalik perayaan tahun baru masehi – Nggak Cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu diwarnai berbagai tradisi, seperti di stasiun televisi biasanya ada tayangan kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam satu tahun yang akan diitinggalkan, dan lain sebagainya.
Sudah harga mati jika momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heboh! Terutama golongan remaja yang merayakan hari pergantian tahun dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil menyalakan petasan atau kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang, dan lain sebagainya.
Namun didalam perayaan itu ada fakta yang mencengangkan loh? Apa sih fakta dibalik perayaan tahun baru masehi tersebut. Simak kelanjutan artikel ini yah..!

Perayaan Tahun Baru

Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Tradisi perayaan tahun baru masehi

Sobat muda muslim, ternyata perayaan tahun baru nggak cuma sebatas merengkuh kebersamaan aja loh. Tradisi perayaan tahun baru masehi ini dibeberapa negara berkaitan dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap dewa.
Contohnya di Brazil, pada tengah malam setiap 1 Januari orang-orang brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga dilaut, mengubur manga, papaya, dan semanggka dipasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang Lemanja.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi Kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar jenus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap kedepan dan yang satu lagi menghadap kebelakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Sejarah Tahun Masehi

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tanggal 1 Januari dirayakan sebagai sebagai hari tahun baru yakni tepatnya tanggal 1 Januari tahun 45 Sebelum Masehi (SM). Tak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, dia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Sementara kalender sekarang yang banyak dicari diakhir tahun adalah kalender Gregorian atau kalender Masehi. Kalender ini yang dinobatkan sebagai standard pengitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini dipakai untuk menentukan jadwal kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan. Termasuk untuk menentukan perayaan Paskah diseluruh dunia.

Anjuran untuk menghindari Tasyabuh

Sobat muslim sekarang sudah tahu kan? Mengenai tradisi perayaan tahun baru masehi dan sejarahnya. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat memiliki kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, popular, trend (jaman now), dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara untuk menjatuhkan umat Islam dari agamanya sehingga lupa akan hari tahun baru islam sendiri. Dan sialnya banyak dari kita apalagi kids jaman now yang nggak menyadari serangan budaya ini. Terlena oleh acara malam tahun baru masehi yang dikemas secara apik dan menarik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain. Beliau bersabda : “Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani).

Bagaimanakah kita menyingkapinya?

Kita harus sadar kalau pergantian tahun merupakan hal biasa dari perubahan waktu, serta kita mencoba menyingkapi sang waktu seperti yang dicontohkan tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan dengan euphoria bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam bersabda: “sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad) Suatu saat juga kita akan sampai diujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masikah kita memimpikan kesenangan surgawi dikala kita sibuk mengejar materi dan populeritas dengan mengorbankan aturan illahi. Oleh karena itu mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah setiap waktu. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah, serta kita kuatkan pijakan kaki kita diatas akidah islam ditengah-tengah serangan budaya tersebut. Kita padati hari-hari kita untuk mempersiapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak.

Wallahu’alam bish showab.


Sumber:
Mimbar Jum’at Dewan Mubaligh Indonesia. 2016. Perayaan Tahun Baru Masehi. Alfonso Pratama: Bekasi (Edisi 672)
https://www.eramuslim.com/fokus/tahun-baru-masehi-sejarah-kelam-penghapusan-jejak-islam.htm

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fakta Dibalik Perayaan Tahun Baru Masehi"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik pembahasan !